Perbaikan Rumah Ibadah

Gempa berkekuatan 6.4 SR pada 5 Agustus 2018 dan 7.0 SR pada 19 Agustus 2018, serta gempa susulan lainnya menghancurkan infrastruktur, saluran perairan dan fasilitas umum lainnya di wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat. Satu di antara infrastruktur yang hancur adalah masjid Al Falah dusun Tenggorong. Masjid ini sebagai pusat peribadatan masyarakat Dusun Tenggorong dan Dusun Beleq yang jumlah penduduknya hampir 1000 jiwa dan mayoritas menganut agama Islam. Masjid juga digunakan sebagai pusat silaturahmi, dan informasi bagi masyarakat sekitarnya. Rusaknya masjid akibat pasca gempa mengakibatkan penurunan aktivitas peribadatan jamaah dan aktivitas masyarakat lainnya.

Dampak berhentinya aktivitas di masjid yang paling terasa adalah tidak terdengarnya kumandang azan. Hal ini dirasakan oleh warga posko Kagama Care, mereka merasakan berjalannya waktu sangat cepat, karena tidak ada penanda pergantian waktu. Hanya terbit dan terbenamnya matahari yang menjadi penanda waktu sehingga waktu seakan-akan berjalan cepat, tidak seperti ketika ada azan yang berkumandang lima waktu dalam satu hari.

Masjid Dusun Tenggorong juga digunakan sebagai tempat belajar mengajar Al Quran oleh anak-anak dan remaja di dusun Tenggorong dan Beleq. Jumlah santri yang belajar di masjid ini saat sebelum terjadi gempa sebanyak 60 santri. Dan saat pasca gempa aktivitas mengaji berhenti total, anak-anak masih dalam kondisi trauma akibat gempa, mereka masih takut untuk beraktivitas di luar lingkungan rumah. Tak sedikit orang tua santri yang melarang anaknya untuk bepergian.

Silaturahmi antar warga melalui ibadah sholat berjamaah seakan terhenti sesaat karena hancurnya masjid. Lingkungan dusun terasa sepi dan tidak ada lalu lalang warga ke masjid. Padahal pada kondisi bencana yang merenggut harta benda bahkan jiwa, masyarakat perlu untuk berdoa dan berserah diri ada Sang Pencipta. Karena dengan berdoa dan berserah diri, warga korban gempa akan kuat secara batin dalam menghadapi cobaan. Sehingga diharapkan dari situlah titik bangkitnya semangat masyarakat dari dampak gempa yang dialami.

Berdasarkan hasil assesment yang diuraikan di atas, KKN-PB UGM dan Kagama Care menginisiasi Perbaikan Rumah Ibadah dan Menghidupkan Kembali Aktivitas di Masjid melalui beberapa program, diantarnya: pembangunan Masjid Darurat dan perbaikan kelengkapan Ibadah, Pembangunan Masjid Sementara, Pembangunan Masjid Permanen/ Masjid Bambu serta mengaktifkan kembali kegiatan TPA.

Pembangunan Masjid Darurat dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2108, 3 hari sebelum hari raya Idul Adha. Masjid Darurat dibangun di samping reruntuhan masjid, dan melibatkan Masyarakat dusun Tenggorong dan Beleq dalam pembangunannya. Bangunan masjid darurat berbentuk tenda yang beratapkan terpal yang disangga oleh tiang dari bambu dan lantai terpal. Untuk kegiatan ibadah, Masjid Darurat dilengkapi dengan sound system untuk mengumandangkan azan dan khotbah, serta mimbar kayu yang diambil dari masjid lama. Sholat berjamaah dan aktivitas mengaji mulai berjalan setelah dibangunnya masjid darurat ini. Ibadah Sholat Idul Adha juga dilaksanakan di Masjid darurat. Masjid Darurat bertahan selama satu bulan, dan digantikan oleh Masjid Sementara, dikarenakan areal masjid yang runtuh akan digunakan untuk aktivitas pembersihan reruntuhan masjid dan pembangunan masjid Permanen.

Masjid Sementara dibangun di luar areal tanah wakaf Masjid agar aktivitas ibadah tidak terganggu oleh pembangunan Masjid Permanen. Masjid Sementara merupakan bangunan semi permanen berukuran 7 x 11 meter dengan fondasi batu bata dan kerangka bangunan dari kayu bekas reruntuhan masjid, dinding masjid menggunakan tripleks serta atapnya menggunakan terpal dari masjid darurat.

Masjid Permanen akan dibangun di atas fondasi masjid lama. Ukuran fondasi Masjid Lama yaitu 12 x 12 meter, sedangkan masjid permanen yang akan dibangun berukuran 9 x 9 meter. Masjid yang akan dibangun memiliki bentuk bangunan yang mengadopsi bentuk masjid tradisional khas Lombok. Material utama masjid ini adalah bambu. Dipilihnya bambu sebagai material utama karena bambu lebih ramah terhadap gempa dibanding material beton. Hal ini telah terbukti dengan tidak runtuhnya rumah adat di dusun Tenggorong dan Beleq yang materialnya terbuat dari bambu dan kayu.

Dipilihnya bambu sebagai material utama Masjid Permanen merupakan upaya Kagama Care untuk memberikan percontohan bagi masyarakat dalam memilih material bangunan selain beton, karena saat ini masyarakat yang rumahnya hancur akibat gempa masih takut untuk membangun kembali rumahnya menggunakan material beton atau batu bata. Bambu bukan satu-satunya pilihan sebagai material utama bangunan, ada pilihan kayu, baja ringan, tripleks, kalsiboard, dan lain sebagainya yang dapat digunakan. Namun, potensi bambu untuk rehabilitasi bangunan di daerah Lombok dapat dikatakan memadahi.

Berdasarkan hasil survei tim Bambu Bos, stok bambu yang terdapat di Lombok Tengah dan Lombok Timur adalah 10.083.536 rumpun. Dari sampel di Desa Pringga Jurang Utara, Kecamatan Montong Gading, Lombok Timur menunjukkan dalam 1 rumpun terdiri dari 25 batang. Sehingga total batang bambu yang ada yaitu 252.088.400 batang. Jika jumlah maksimal pemanenan bambu adalah 25 % dari stok yang ada, maka jumlah bambu yang layak panen tiap tahunnya adalah 63.022.100 batang.

Pada tahap perencanaannya, Masjid Bambu berukuran 9 x 9 meter ini menggunakan material utama 100 % bambu untuk rangka, atap, dan dinding. Rangka masjid menggunakan bambu Apus, dan dindingnya menggunakan pelupuh dobel, sedangkan atapnya menggunakan sirap pelupuh. Sambungan antar bambu menggunakan mur-baut, sehingga lebih kuat dan fleksibel agar tahan terhadap gempa. Untuk semakin memperkokoh konstruksi Masjid Bambu, maka dasar tiang bambu berupa 16 umpak cor beton yang ditanam. Masjid Bambu dibangun dengan ukuran lebih tinggi dibanding masjid tradisional Lombok, tujuannya untuk memberi peluang pada pelebaran bangunan masjid jika nantinya masjid akan diperlebar ke arah timur, utara maupun selatan. Estimasi biaya pembangunan masjid ini per meternya adalah Rp. 1.200.000, maka diperkirakan biaya pembangunannya sebesar 100 juta rupiah. Pengerjaan bangunan Masjid Bambu ini akan dilakukan oleh Kagama Care, KKN-PB UGM, Masyarakat dan bekerja sama dengan Tim BAMBU BOS sebagai tenaga ahli dan supervisor.

Penggalangan dana Masjid Bambu dilakukan oleh Kagama Care. Melalui jaringan Kagama Care diperoleh dana sebesar Rp. 150.000.000 dari donatur IATMI, Kagama Arab Saudi dan juga donatur kelompok maupun perorangan. Setelah penggalangan dana di tutup, selanjutnya pemesanan bangunan Masjid Bambu didatangkan dari Jogja.

Material bambu siap pakai didatangkan dari Yogyakarta, meskipun di sekitar lokasi pembangunan terdapat banyak bambu. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan mempersingkat waktu pengerjaan, karena perlu ada proses pengawetan bambu yang memerlukan waktu cukup lama, selain itu di Lombok belum ada instalasi pengawetan bambu. Proses pengawetan bambu untuk masjid ini dilakukan sejak 27 Agustus 2018 hingga 10 September 2018. Pengawetan bambu menggunakan larutan borate, dan memerlukan waktu 2 hingga 3 hari untuk penirisan. Diagendakan material bambu dikirim dari Yogyakarta pada tanggal 14 September 2018 beserta 1 tenaga ahli dan 3 tukang. Material yang dikirim dari Yogyakarta adalah sebagai berikut;

No.

Nama Barang Spesifikasi Barang

Panjang (m)

Diameter (cm)

Jumlah

1

Bambu Apus

6

369

2

Bambu Reng

2

1020

3

Pelupuh 2

895

4

Pelupuh

2,4

5

5

Anyaman

3 x 2

159

6

Sponati 1,35 x 2,25

110

7

Long Drat 1 0,06

932

8

Long Drat 1 0,1 84
9 Mur 0,06

5592

10

WP 0,06 5592

11

WP 0,1

504

12 Mur 0,1

504

13 Tangga Bambu 6

2

Tahap pembangunan masjid diawali dengan pembersihan reruntuhan masjid lama. Warga bergotong-royong memindahkan material yang menutupi fondasi masjid lama. Selain membersihkan reruntuhan, warga juga menyiapkan lokasi untuk material bambu. Material bambu akan diletakkan di bekas masjid darurat yang berada di samping fondasi masjid lama.

Setelah pembersihan puing-puing masjid maka tahap selanjutnya adalah pembangunan umpak masjid sebagai fondasi penyangga tiang rangka masjid bambu. Umpak merupakan fondasi yang digunakan sebagai alas atau dasar sebuah bangunan sederhana yang menggunakan sistem rangka kayu atau bambu. Masjid bambu yang akan dibangun memerlukan 16 buah umpak, dengan diameter umpak 40 cm dan tinggi dari lantai 30 cm. Umpak masjid bambu terbuat dari buis beton yang didasari dengan cor beton setebal 50 cm, dan antara cor dan umpak diperkuat dengan rangkaian besi cor ukuran 10 mm. Jadi struktur umpak yang tertanam di bawah lantai adalah 60 cm dan yang berada di atas permukaan lantai setinggi 30 cm. Pengerjaan umpak ini dilakukan oleh warga secara gotong-royong.

Bambu yang akan dirangkai dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan bambu bertujuan menghilangkan jamu dan kotoran yang menempel di permukaan luar bambu. Pembersihan bambu ini memerlukan waktu 3 hari dan dilakukan oleh masyarakat yang disupervisi oleh Bambu Bos.

Tahap perakitan Masjid Bambu dimulai dari pendirian Tiang Soko Guru. Tiang Soko Guru memiliki tinggi 6 meter dan berdiri di atas 4 umpak. Satu tiang soko guru terdiri dari 4 bambu dengan diameter 8 cm, sehingga total yang dibutuhkan untuk soko guru berjumlah 16 bambu. Masing-masing tiang dikaitkan oleh balok di bagian atasnya. Satu balok terdiri dari 2 bambu dengan panjang 3,4 meter, sehingga total bambu untuk balok sejumlah 12 batang. Pada bagian rangka dinding terdapat 12 tiang penyangga dengan tinggi 2,7 meter. Masing-masing tiang terdiri dari 4 bambu berdiameter 8 cm. Tiang rangka tersebut berdiri di atas umpak yang mengelilingi soko guru dan dikaitkan oleh 2 bambu berdiameter 8 cm dengan panjang 9,4 meter. Pada rangka atap digunakan jurai bambu, terdapat dua bagian jurai yaitu jurai atas dan jurai bawah. Jurai atas terdiri dari 4 batang bambu berdiameter 8 cm dengan panjang 3,4 meter, dan pada jurai bawah terdiri dari 4 pasang bambu yang tiap pasangnya terdiri dari 3 bambu yang dirangkai membanjar menggunakan mur baut. Panjang jurai bawah adalah 6,6 meter yang membentang dari soko guru ke tiang pojok masjid.

Dinding masjid bambu terdiri dari panel anyaman bambu sejumlah 8 buah panel. Pintu yang digunakan pada Masjid Bambu adalah pintu geser yang berjumlah 4 unit, dua berada di bagian depan serta samping kanan dan kiri dipasang masing-masing satu unit. Atap masjid menggunakan pelupuh rangkap 2 dan antar pelupuh dilapisi dengan sponati. Luas atap bagian atas adalah 24 m2 dan luas atap bagian bawah/ atap utama adalah 144 m2.

Pengerjaan Masjid Bambu selain bertujuan pelengkapan sarana ibadah juga untuk alih teknologi konstruksi bambu. Sehingga dalam pengerjaannya ada program magang untuk masyarakat sekitar. Program magang ini diikuti oleh perwakilan warga dusun Tenggorong dan Belek, Siswa SMK 1 Gondang dan SMK 1 Bayan. Dalam program magang ini terdapat alih teknologi tentang proses budi daya, pemanenan, pemilihan bahwa, pengawetan, perancangan bangunan bambu, hingga proses pembuatan bangunan berbasis bambu.

 

Sumber : http://kagama.care

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses